Sabtu, 15 Mei 2010

Gadis Penggembala Itik


Putri Anne telah ditunangkan dengan pangeran Henry sejak kecil. Kini ia harus pergi ke istana pangeran Henry untuk menikah. Dengan ditemani seorang pelayan bernama Aline, mereka pun berangkat. Di tengah jalan Aline mengkhianatinya. Apa yang dilakukan Aline? dan bagaimana nasib putri Anne?

Jaman dahulu kala ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang ratu. Dia memiliki seorang putri yang sangat menawan. Kita sebut saja putri Anne. Sebagai seorang putri, sejak kecil putri Anne sudah ditunangkan dengan pangeran dari kerajaan tetangga, pangeran Henry. Ketika tiba saatnya mereka harus menikah, seluruh kerajaan sibuk mempersiapkan keberangkatan putri Anne. Karena perjalanan ke kerajaan pangeran Henry cukup jauh, maka ratu mempersiapkan perbekalan yang cukup untuk putri semata wayangnya. Tidak ketinggalan barang-barang mewah seperti vas-vas dan pernik-pernik yang terbuat dari emas dan perak, gelas-gelas kristal dan perhiasan untuk dibawa sebagai lambang kebesaran.

Ratu memilih Aline seorang pelayan kepercayaannya yang akan menjaga dan merawat putri Anne selama perjalanan dan mengantarkannya dengan selamat. Ratu juga memilihkan kuda terbaik untuk menjadi tunggangan putri Anne. Falada, kuda kesayangan ratu, bukan kuda sembarangan. Dia sangat setia dan bisa berbicara, itulah sebabnya ratu memilihnya untuk membawa sang putri. Tibalah saat keberangkatan. Ratu memanggil putri Anne untuk menghadap. Dia mengeluarkan sebilah pisau kecil dan mengiris jarinya. Kemudian meneteskan tiga tetes darahnya ke sebuah sapu tangan putih dan memberikannya kepada putrinya.
"Anakku!" kata ratu, "jaga sapu tangan ini baik-baik, jangan sampai hilang atau tercecer. Ini akan menjagamu selama perjalanan."

Maka diiringi tatapan sedih sang ratu, putri Anne dan pelayannya Aline, berangkat menuju kerajaan pangeran Henry.
Setelah berjalan beberapa lamanya, putri Anne mulai merasa haus, maka dia memanggil Aline.
"Aline! Isilah gelas emasku dengan air sungai. Aku merasa haus," kata putri Anne.
"Jika kamu haus," kata Aline, "turunlah dari kudamu dan ambil sendiri minummu. Aku tidak mau jadi pelayanmu"
Maka putri Anne turun dari kudanya dan membungkuk di tepi sungai untuk minum, karena dia tidak diijinkan untuk minum di gelas emasnya. "Oh Tuhan," keluhnya. Lalu ketiga tetes darah sang ratu menjawab keluhannya:

"Seandainya sang Ratu mengetahui,
beliau pasti kan sakit hati."

Tapi putri Anne tetap bersabar. Dia tidak berkata apa-apa dan hanya menepuk Falada untuk meneruskan perjalanan. Mereka telah berjalan beberapa mil jauhnya ketika putri Anne kembali kehausan. Memang saat itu cuaca lumayan panas. Maka ketika melewati sebuah sungai, putri Anne kembali berkata pada Aline:
"Aline! Isilah gelas emasku dengan air sungai. Aku merasa haus," kata putri Anne.
Tapi Aline tetap menjawab dengan sinis: "Jika kamu haus," kata Aline, "turunlah dari kudamu dan ambil sendiri minummu. Aku tidak mau jadi pelayanmu"
Maka putri Anne kembali turun dari kudanya, membungkuk di tepi sungai untuk minum, karena dia tidak diijinkan untuk minum di gelas emasnya. "Oh Tuhan," keluhnya. Lalu ketiga tetes darah sang ratu menjawab keluhannya:

"Seandainya sang Ratu mengetahui,
beliau pasti kan sakit hati."

Ketika dia sedang membungkuk, sapu tangan yang berisi tiga tetes darah ratu terjatuh ke sungai dan hanyut tanpa disadarinya. Hal tersebut dilihat oleh Aline. Aline tahu tanpa sapu tangan itu putri Anne tidak punya kekuatan lagi. Timbul niat jahat di hatinya untuk menguasai putri Anne.

Maka ketika putri Anne hendak menaiki Falada, Aline menghadangnya dan berkata:
"Aku yang lebih cocok menunggangi Falada, berikan dia padaku. Dan kamu bisa pakai kudaku."
Pelayan yang jahat itu memaksa putri Anne menukar pakaian kerajaannya dengan pakaian yang dipakainya dan mengancam akan membunuh putri Anne jika dia mengatakan kejadian ini pada pangeran Henry.

Mereka meneruskan perjalanan, sampai akhirnya tibalah di kerajaan pangeran Henry. Mereka disambut dengan meriah. Pangeran Henry segera datang menghampiri Aline yang dia sangka adalah tunangannya, dan membawanya masuk ke dalam istana. Sementara putri Anne terpaku di luar istana. Secara kebetulan Raja sedang memandang keluar jendela dan melihat seorang gadis berdiri di luar istana. Raja melihat bahwa gadis tersebut sangat anggun dan cantik meski gaun yang dipakainya terlihat usang.
"Siapa gadis itu?" tanya raja.
"Oh, saya bertemu dengannya di jalan dan saya ajak dia untuk menemaniku. Jika paduka berkenan, berilah dia pekerjaan," sahut Aline.
Raja tidak tahu apa pekerjaan yang cocok untuk gadis secantik putri Anne, maka raja pun berkata:
"Mungkin dia bisa membantu Conrad untuk mengembalakan itik."

Meski Aline puas karena bisa menjauhkan pandangan pangeran Henry dari putri Anne, tapi dia tetap khawatir rahasianya akan terbongkar mengingat Falada, kuda tunggangan putri Anne bisa berbicara dan dapat membocorkan rahasianya. Dia mencari akal untuk menyingkirkan kuda tersebut. Dia berkata kepada pangeran:
"Pangeran, bolehkah aku meminta tolong padamu?"
"Dengan senang hati," jawab pangeran.
"Bunuhlah kuda tungganganku, karena saat perjalanan kemari dia telah melukaiku," katanya.

Pangeran lalu memerintahkan seorang algojo untuk memenggal kepala Falada sampai kuda yang malang itu tewas. Berita kematian Falada sampai juga ke telinga putri Anne yang segera mendatangi algojo dan memohon kepadanya:
"Wahai algojo, ijinkan aku menukar kepala Falada dengan segenggam emas."
"Baiklah," jawab algojo. "Apa yang harus kulakukan dengan kepala kuda ini?"
"Gantungkanlah di pintu gerbang istana, sehingga aku bisa memandangnya setiap kali aku melewatinya," pinta putri. Algojo setuju dan melaksanakan permintaan putri Anne.
-----------
Setiap pagi saat dia dan Conrad melewati pintu gerbang sambil menggiring itik-itik dia akan berkata kepada kepala Falada: "Halo Falada!"
Dan kepala Falada akan menjawab:
"Halo tuan putri, betapa pucatnya dirimu. Seandainya sang ratu tahu, hatinya pasti akan terluka."

Setiap hari Putri Anne dan Conrad menggembalakan itik di desa-desa sekitar kerajaan. Saat itik-itik itu mencari makan, putri Anne melepas lelah. Dia akan melepas ikatan rambutnya yang panjang dan bersinar. Begitu indahnya sampai-sampai Conrad ingin memegangnya. Berbisiklah putri Anne kepada angin:

Bertiuplah wahai angin yang semilir
Terbangkanlah topi Conrad kesana kemari
Buatlah dia jauh berlari
Hingga rambutku kembali rapi
Dan bisa kuikat kembali!

Tiba-tiba bertiuplah angin yang menerbangkan topi Conrad sehingga dia harus berlari mengejarnya. Dan ketika kembali, putri Anne telah selesai mengikat rambutnya. Conrad kecewa karena tidak bisa memegang rambut putri Anne, maka seharian itu dia tidak mau mengajaknya berbicara. Dan ketika sore datang mereka menggiring itik-itik kembali ke istana. Hal itu berlangsung berhari-hari, sampai suatu hari Conrad tidak tahan lagi dan mengadu pada raja:
"Saya tidak tahan lagi menggembala itik dengan gadis itu," katanya.
"Tapi kenapa?" tanya raja.
"Oh karena dia membuatku jengkel sepanjang hari," kata Conrad.
"Apa yang membuatmu jengkel?" tanya raja.
"Pada pagi hari saat kami melewati gerbang, dimana tergantung kepala seekor kuda, dia akan menyapanya dan kuda itu akan menjawab:
"Halo tuan putri, betapa pucatnya dirimu. Seandainya sang ratu tahu, hatinya pasti akan terluka."

Lalu Conrad menceritakan bagaimana putri Anne berbisik pada angin dan angin akan menuruti permintaannya. Raja memerintahkan Conrad untuk tetap menggembala itik bersama putri Anne, sementara raja akan menyelidiki kebenaran cerita tersebut.

Maka esok paginya raja berdiri di balik pintu gerbang menunggu Conrad dan putri Anne lewat. Raja mendengar sendiri bagaimana putri Anne menyapa kepala Falada dan kepala kuda itu menjawabnya. Raja juga melihat sendiri putri Anne berbisik pada angin dan angin tersebut membuat Conrad berlari kesana-kemari mengejar topinya yang diterbangkan angin.
Sore harinya raja memanggil putri Anne dan bertanya mengapa dia melakukan hal tersebut.
"Saya tidak akan mengatakannya pada siapa pun, karena saya telah bersumpah dan mungkin jiwa saya akan terancam," kata putri Anne.
Putri Anne tetap menolak bercerita meski raja telah memaksanya. Maka raja berkata:
"Baiklah, jika kau tidak mau menceritakannya padaku. Kau bisa bercerita pada dinding disana, maka kau tidak melanggar sumpahmu dan bebanmu akan berkurang." Lalu raja meninggalkan putri Anne sendiri. Namun diam-diam raja pergi ke belakang dinding.

Putri Anne lalu mengeluarkan sakit hatinya kepada dinding, katanya:
"Di tempat asing ini aku terdampar, padahal dulu aku adalah putri raja, dan pelayanku merampas mahkotaku, juga tunanganku. Sementara aku harus menggembala itik sepanjang hari. Oh, seandainya ibuku tahu, hatinya pasti akan terluka."
Raja keluar dari persembunyiannya dan membawa putri Anne ke istana. Raja menyuruh beberapa pelayan untuk mendandani putri Anne hingga terlihat sangat mempesona. Lalu raja memanggil pangeran Henry dan menceritakan kejadian tersebut.

Malamnya, raja mengundang beberapa tamu, putri palsu Aline dan putri Anne untuk makan malam. Putri Anne duduk di samping kanan pangeran Henry, sementara Aline di samping kirinya. Namun Aline tidak memperhatikan keberadaan putri Anne. Setelah makan dan minum, raja betanya kepada Aline apa hukuman bagi seseorang yang berkhianat dan merebut hak majikannya.
"Dia seharusnya ditelanjangi, dimasukkan ke dalam tong yang telah ditancapi paku-paku. Lalu dua ekor kuda menyeretnya keliling kota sampai pengkhianat itu mati," katanya.
"Itulah hukuman untukmu!" kata raja. "Kau telah memutuskan sendiri hukuman apa yang pantas bagi pengkhianat sepertimu," kata raja.

Maka Aline pun menerima ganjaran atas perbuatannya. Sementara itu putri Anne dan pangeran Henry akhirnya melangsungkan pernikahan mereka. Dan mereka hidup bahagia selamanya.

Senin, 01 Maret 2010

Putri Salju


    Pada suatu masa hiduplah seorang pria dan wanita tua. Mereka memiliki kehidupan yang baik, tetapi selalu menyesal karena tidak punya anak. Pada suatu musim dingin mereka melihat anak-anak tetangganya bermain di salju, dan kekecewaan karena tidak mempunyai anak bertambah besar dari sebelumnya. Laki-laki tua menoleh pada isterinya dan berkata “Mari keluar dan membuat boneka salju – yang akan seperti anak gadis kita yang tak pernah kita miliki.” Maka mereka membuat boneka salju berbentuk seorang anak gadis, pelan-pelan mereka membentuk tangan, kaki, hidung, mulut, leher…

Sesaat setelah mereka selesai membuat boneka salju, bibir gadis salju tiba-tiba berubah menjadi merah dan matanya mulai membuka. Dia tersenyum dengan hangat pada pasangan tua itu, membersihkan serpihan salju dari badannya, dan muncul dari tumpukan salju menjadi gadis muda yang cantik!

Pasangan tua itu sangat gembira, membawa gadis itu ke gubuk mereka dan menamakannya Puteri Salju. Puteri Salju tumbuh dengan cepat, tidak dalam hitungan hari tapi dalam hitungan jam. Tak berapa lama, dia menjadi sangat cantik dan pasangan tua itu sangat menyayanginya. Puteri Salju adalah anak idaman. Dia selalu mengerjakan tugasnya, tidak pernah mengeluh, dan penuh kasih sayang. Jika dia menyanyikan sebuah lagu, seolah-olah suara malaikat dari surga yang bernyanyi.

Puteri Salju banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Dia sangat menikmati tiupan udara dingin pada kulitnya yang putih dan menikmati kegembiraan bersama binatang-binatang kecil dari hutan.

Tetapi musim dingin berlalu dengan cepat dan matahari musim panas yang hangat mulai memanasi daratan. Puteri Salju sekarang menjadi sangat tertekan.

“Ada apa?,” tanya pasangan tua. “Apakah kamu merasa baik-baik saja?”

“Tidak, Ibu, Tidak Ayah, Aku baik-baik saja,” jawabnya.

Tetapi tak dapat diingkari bahwa ada sesuatu yang terjadi. Saat salju terakhir mencair, saat bunga mulai tumbuh di padang rumput, saat burung-burung mulai bernyanyi, Puteri Salju semakin bertambah sedih. Dan dia bersembunyi dari matahari pada setiap kesempatan.

Ketika awan hitam menutupi matahari, membawa hujan es. Gadis itu merasa riang gembira, melihat curahan hujan itu bagai untaian mutiara. Tetapi segera setelah hujan berhenti gadis itu menangis.

Musim panas datang dan sekelompok gadis memanggil Puteri Salju, “Ikutlah bersama kami berjalan-jalan ke hutan!”

Puteri Salju tidak ingin pergi, tetapi orang tuanya mendorongnya, berkata, “Pergilah bermain dengan mereka, sayang. Kamu akan gembira.”

Maka dia pergi dengan gadis-gadis itu, yang mulai mengumpulkan bunga, menyanyikan lagu-lagu, dan menari. Puteri Salju hanya melihat saja dan merasa tidak gembira. Kemudian datanglah malam, gadis-gadis lainnya membuat api dari ranting-ranting yang mereka kumpulkan. Mereka melanjutkan menyanyi dan tertawa, dan Puteri Salju dapat melihat kegembiraan yang diciptakan gadis-gadis itu. Akhirnya, dia memutuskan untuk bergabung. Untuk pertama kalinya sejak musim dingin senyuman terkembang di wajahnya saat dia mulai menari, menyanyi dan tertawa bersama gadis-gadis lainnya.

Kemudian, satu demi satu, gadis-gadis itu bermain melompati api unggun. Puteri Salju meloncati api saat tiba gilirannya, tetapi di tengah jalan, dia tiba-tiba mencair dan berubah menjadi awan putih. Ucapan selamat tinggal lirih terdengar sebelum awan membumbung dan menghilang ke surga.

Minggu, 31 Januari 2010

Putri Salju Dan Burung Kuntul




Putri Salju Dan Burung Kuntul

burung-kuntul
Nun jauh di bagian utara, ada sebuah kerajaan salju, musim dingin di sana sangat panjang, dan hampir sepanjang tahun diselubungi salju. Sedangkan musim panas sangat pendek, dalam sekejap telah berlalu.
burung-kuntul-2

Raja Salju adalah seorang raja yang arif bijaksana, ia mempunyai seorang putri yang cantik yaitu Putri Salju, ia sama seperti ayahandanya baik, karena acap kali memberitahu: "Hanya orang yang berhati baik, baru bisa mendapatkan kebahagiaan yang hakiki."

burung-kuntul-4


Setiap hari, saat Putri Salju bersantai, pasti akan berdiri di depan sebuah jendela besar istana kerajaan memandang ke luar. Di pandang dari sana, bisa melihat salju, laut yang telah membeku menjadi gumpalan es, setiap pada saat demikian, ia akan teringat musim panas yang indah, rerumputan yang hijau segar dan sederetan perumpung yang dilalui kuntul yang indah di bawah langit biru, terbayang akan pernikahannya yang akan segera tiba.

burung-kuntul-3

burung-kuntul-5


Pada sebuah malam terang bulan yang dingin, putri datang lagi di depan jendela istana, cahaya bulan yang terang benderang bagaikan di siang hari menyinari dengan jelas segala yang berada di luar jendela, udara semakin dingin, di atas kaca jendela mulai diselubungi selapis bunga salju yang halus, lembut dan gemerlapan, sangat indah. Dan terbersit pikiran putri salju melihat pemandangan yang indah itu, "Jika saja bisa memakai mahkota seperti bunga salju ini, oh alangkah indahnya."

burung-kuntul-6


Pada hari kedua, penjahit di dalam istana mulai membuat pakaian pengantin sang Putri Salju, namun tidak ada yang tahu bagaimana membuat mahkota seputih bunga salju.

burung-kuntul-7


Suatu hari, seorang tua datang ke istana, katanya ia bisa membuat mahkota yang demikian, namun harus memakai seikat mahkota phoenix yang kusut masai yang tumbuh pada musim semi di atas kepala burung kuntul, dan persis seperti bunga salju. Dengan sangat gembira mata Putri Salju memancarkan sinar ceria: "Ya! Saya memang ingin memakai perhiasan bulu seperti itu, lalu bagaimana baru bisa mendapatkannya?" Orang tua merendahkan nada suaranya, dan membisikkan ke telinga sang putri: "Hanya perlu membunuh seekor burung kuntul."

burung-kuntul-13


"Membunuh burung kuntul", mata sang putri menjadi redup, "Tidak, Tidak."


Putri terbayang akan burung-burung besar yang indah itu yang terbang melintas di atas langit pada musim panas, bagaimana boleh saya berbuat demikian? Namun, bagaimana dengan mahkota yang indah itu? Lama sekali sang putri tidak dapat mengambil keputusan, dengan demikian tidak lama kemudian, putri salju lalu berdiri di depan jendela besar yang digemarinya dan merenungkan dalam-dalam. Tidak lama kemudian tertidur.

burung-kuntul-14

burung-kuntul-15


Dalam mimpinya, putri melihat si orang tua membawa sebuah mahkota yang indah sekali memakai kotak emas, bulu yang halus dan putih bersih, butir-butir berlian yang berkilauan. Sang putri yang memakai perhiasan mahkota, sangat mempesona dalam pernikahannya, semua orang melongo oleh paras putri yang cantik.

burung-kuntul-8


Di musim panas setelah pernikahan itu, putri salju dan ayahandanya berkunjung lagi di padang rumput hijau yang sedang bersemi di luar istana, dan masuk ke semak perumpung.

burung-kuntul-9


Di bawah langit biru, mengapa tak terlihat seekor burung kuntul pun? Sang putri merasa sangat aneh. Tiba-tiba, sang putri melihat ribuan ekor burung kuntul berbaring di depan, ada yang telah mati, ada yang mulutnya terbuka sedang mengembuskan napas terakhir. Saking terkejutnya, putri menutup matanya, dan berteriak panik: "Ya Tuhan, kenapa bisa begini?"

burung-kuntul-10


Seekor burung kuntul yang akan segera mati berkata pada sang putri: "Kamulah orang pertama yang memakai bulu mahkota kami dan membuatnya sebagai perhiasan mahkota, dan mahkota burung kuntul yang sama yang diinginkan orang-orang sudah hampir musnah dibunuh, di atas dunia ini tidak akan ada lagi burung kuntul." Sang putri yang sangat menyesal terjaga dalam teriakannya, dan baru menyadari ternyata hanya sebuah mimpi.


Putri yang terjaga dari tidurnya mengenang kembali suasana dalam mimpinya, jantungnya terus berdetak: "Untung, masih belum membunuh seekor burung kuntul pun. Sang putri merasa bersalah dengan pikirannya yang menginginkan kecantikan sesaat dirinya yang membangkitkan pikirannya hendak membunuh seekor burung kuntul. Sang putri meminta ayahandanya memaklumatkan kepada pejabat dan rakyat seluruh negeri, dilarang melukai makhluk hidup lain hanya untuk beberapa hal yang tidak berarti.

burung-kuntul-11


Musim panas telah tiba, dan pernikahan putri salju benar-benar akan dilaksanakan, ketika sang putri yang menggenggam bunga dan mengenakan busana pengantin melangkah keluar dari istana, langit tampak biru cerah, pejabat-pejabat seluruh negeri yang datang menghadiri pernikahan sang putri tidak melihat perhiasan (mahkota) apa-apa di atas kepalanya, namun hatinya yang baik membuat sang Putri Salju tampak semakin menggugah hati.

burung-kuntul-12


Tiba-tiba, di bawah sinar mentari orang-orang melihat di atas langit yang tiada awan sedikit pun melayang seserpih bunga salju yang gemerlapan, ribuan serpihan bunga salju yang bening gemerlap berputar di atas langit, menari-nari, dan semakin lama semakin cepat, serta memancarkan cahaya warna-warni di bawah sinar mentari. Dan tiba-tiba, gumpalan cahaya warna-warni itu berhenti berputar dan tampak sebuah mahkota yang sangat indah, lembut gemerlap bercahaya sangat indah bagaikan berlian yang berkilauan di bawah sinar mentari perlahan-lahan melayang turun ke atas kepala sang putri.


Ternyata, dewi kuntul yang berada di atas langit mengetahui hati sang putri salju yang baik, lalu menggunakan sari mujarab bunga salju menganyam mahkota itu dan dihadiahkan kepada sang putri sebagai penghargaan atas kebaikan hati sang putri salju. Dan sejak itu, kehidupan orang-orang negeri salju semakin makmur sejahtera dan harmonis, semua orang saling memperlakukan dengan baik, melindungi dan menyayangi segalanya, dan negeri salju pun menjadi semakin indah.(adkksnnt.blogspot.com)